Oleh. Baharudin Hamzah
Mahasiswa Pasca sarjana ilmu Lingkungan Undana Kupang
Wakil Sekretaris Pimpinan Daerah Muhammadiyah Kota
Kupang
Tahun ini bulan ramadhan
hadir bertepatan dengan bulan Juni dalam
kalender masehi. Dalam bulan juni ini juga berbagai peristiwa yang berhubungan
dengan lingkungan dalam alam semesta sebagai tempat makhluk hidup berpijak
diperingati. Setidaknya ada dua peringatan penting yang sesungguhnya tidak saja diperingati dalam konteks seremonial
belaka setiap tahun yaitu hari Lingkungan Hidup sedunia (Word Enironment Day
2015) dengan thema “ Seven Billion
Dreams. One Planet Consume With Care” yang jatuh pada tanggal 5 Juni, dan hari penanggulangan
degradasi lahan dan kekeringan sedunia yang diperingati setiap tanggal 17 Juni,
Tahun 2015 juga ditetapkan sebagai tahun tanah internasional (international year of soils) hal ini berdasarkan realita bahwa sepertiga
tanah di dunia telah rusak dan terdegradasi akibat deforestasi, polusi,
perubahan iklim, dan proses lain yang
disebabkan oleh praktek pengelolaan tanah yang tidak berkelanjutan. Peringatan ini lebih dimaknai sebagai
refleksi, isyarat bahwa, kondisi
lingkungan sekitar kita terutama lingkungan biofisik dalam scope yang sempit dan bumi dalam scope
yang umum sedang dalam kondisi ‘sakit kronis’, terancam akibat berbagai
kerusakan lingkungan.
Lalu apa korelasinya antara
lingkungan hidup, degradasi lahan, kekeringan dengan puasa ramadhan ?. Ramadhan
tidak sekadar dipahami sebagai menahan lapar dan dahaga dan perbuatan apa saja yang dapat membatalkan
puasa, sejak terbit fajar sampai terbenam matahari. Dalam perspektif teologis,
kata ‘menahan’ dalam konteks yang umum adalah larangan, termasuk keinginan
untuk melakukan segala aktivitas yang dapat merusak lingkungan. Misalnya yang
praktis saja, berhenti menebang pohon
yang seharusnya memproduksi oksigen untuk kehidupan, penyaring carbon, menahan
untuk tidak membakar lahan, menahan untuk tidak membabat hutan, menahan untuk tidak membuang sampah
pada tempatnya serta berbagai aktivitas lain. Ramadhan juga disebut sebagai
bulan latihan.
Dengan latihan selama ramadhan
untuk tidak melakukan aktivitas-aktivitas yang merusak lingkungan. Setidaknya
dapat mengurangi beban bumi akibat ulah manusia yang merusak lingkungan. Jika
‘larangan’ ini berubah menjadi kesadaran
moral seluruh penduduk bumi ini maka perlahan-lahan kondisi lingkungan yang
sudah pada tingkat mengkhawatirkan kerusakannya dapat pulih kembali.
Potret hari-hari ini
menunjukan secara visual kepada kita bahwa, bumi sesungguhnya sedang merintih
betapa lelahnya memikul beban yang dilitanikan manusia dengan berbagai ulahnya.
Isyarat kerusakan alam dan lingkungan sebagai respon balik atas ulah manusia
itu ditunjukan secara nyata dan jelas kepada kita di berbagai belahan dunia. manusia
seolah langsung menerima pembalasan bumi sebagai akibat ulah merusak
lingkungan.
Jauh puluhan abad sebelumnya Alqur’an telah
dengan tegas telah memberikan gambaran
yang nyata “Dan telah nampak kerusakan di darat dan di laut akibat ulah
tangan-tangan manusia” (Qs: Ar-Raad : 2). Sinyamelen tersebut terbukti bahwa manusia memberi
kontribusi paling besar dalam merusak lingkungan. Laju pertumbuhan
jumlah penduduk dunia yang sulit dikendalikan
menjadi salah satu pemicu kerusakan lingkungan. Jumlah penduduk yang
menghuni hanya satu bumi dan tak pernah bertambah ukuran sejengkal pun, kini
telah menyentuh angka tujuh miliar lebih.
Pertumbuhan penduduk
secara otomatis akan menambah kebutuhan
akan sumber daya alam termasuk pemanfaatan lahan. bumi hanya satu, tanah tak
pernah bertambah sejengkal pun, namun Konversi lahan dan kawasan hutan menjadi
daerah pemukiman, eksploitasi sumber daya alam yang berlebihan untuk memenuhi
kebutuhan manusia menjadi pemicu kerusakan lingkungan, efek rumah kaca,
pemanasan global, hujan asam, dan yang terbaru adalah gelombang matahari di
India menjadi isu dunia yang kini
mencemaskan para pemimpin dunia.
Kerusakan lingkungan ini
sebagai akibat perilaku antroposentrisme yang secara sadar atau tidak
berinteraksi dengan komponen lain seperti industrialisme, konsumerisme,
moderenisasi, dan perkembangan pesat teknologi menjadi pemicu kerusakan
lingkungan termasuk lahan. Akibatnya semua sisi lingkungan mengalami kerusakan
tak peduli aspek fisik atau biologis. Konsekwensinya adalah manusia langsung
menerima balasan dengan beragam bencana alam yang datang silih berganti,
seperti diungkap Ralph Metzner “ paduan
suara yang semakin berkembang menunjukan bahwa akar malapetaka
lingkungan terletak dalam sikap, nilai, persepsi dan pandangan dunia dasar kita
pegang”.
Berbagai bencana
kemanusiaan yang melanda belahan dunia misalnya bencana banjir bandang yang kini sedang melanda jepang dan
menghancurkan berbagai infrastuktur dan perumahan penduduk di daerah Kumamoto
dan Nagasaki, bencana banjir juga pernah melanda China diwilayah sanghai
dan sungai Kuning tahun 1931 dan menelan ratusan ribu jiwa manusia, hujan
Lonsun di India tahun 2011 yang
menewaskan 236 korban jiwa, badai topan di pilipina menewaskan 1.268 jiwa, banjir
di bangladesh yang terkenal dengan 57 sungai besarnya menewaskan ribuan orang
di tahun 1992, banjir di thailand akibat kerusakan hutan akibat pembalakan liar dan
mencairnya es di daerah kutub yang menewaskan 230 orang pada tahun 2011, gempa
bumi di gunung kinabalu yang mewaskan 8 orang di Malaysia, gelombang matahari
di india yang menewaskan lebih dari 2000 orang di bulan mei
2015 dipicu oleh jebolnya lapisan ozon (Tone 12 Juni 2015).
Ramadhan menggembleng moral
Ibadah puasa (shaum)
ramadhan seperti juga ibadah lain dalam islam merupakan salah satu cara
mendekatkan diri kepada Allah SWt. Bukan hanya puasa saja yang dilakukan,
tetapi semua ibadah yang dilakukan sesungguhnya merupakan riyadhah untuk
mendidik nilai moral tertentu , nilai akhlak tertentu (Jalaludin Rahmat).
Ibadah apapun menurut rasulullah Muhammad SAW tidak bermakna jika tidak
melaksanakan pesan moralnya. Berpuasa menjadi tidak bernilai jika pesan moral
puasa kita abaikan.
Alkisah dalam suatu
riwayat di ceritakan, pada bulan ramadhan, seorang wanita sedang mencaci maki pembantunya. Rasulullah mendengarkannya,
lalu beliau menyuruh sesorang membawa makanan dan memanggil sang perempuan lalu
rasulullah bersabda ‘ makanlah makanan ini’. Perempuan itu menjawab” Saya sedang
berpuasa ya rasulullah. Rasul bersabda lagi, bagaimana mungkin kamu
berpuasa sementara kamu mencaci maki pembantumu. Sesungguhnya puasa adalah
sebagai penghalang bagi kamu untuk tidak berbuat hal-hal yang terela. Betapa sedikit orang
yang berpuasa dan betapa banyak orang yang kelaparan.
Ketika rasul mengatakan
betapa banyak orang yang kelaparan nabi
menunjukan kepada kita bahwa orang-orang yang hanya menahan lapar dan dahaga
saja, tetapi tidak mampu mewujudkan pesan moral ibadah itu, tidak sekedar orang
yang lapar saja.
‘peringatan’ rasulullah
tentang pentingnya mengaplikasikan pesan moral setiap ibadah termasuk puasa
ramadhan dalam berbagai aspek kehidupan sehari-hari adalah pesan penting yang
harus menjadi sinyal bagi mereka yang menjalankan ibadah ramadhan. Pesan moral
dalam konteks yang luas adalah tidak
melakukan perbuatan-perbuatan yang menggugurkan nilai ibadah termasuk merusak
lingkungan dengan berbagai cara seperti membabat hutan yang menyebabkan erosi,
membakar hutan yang menyebabkan polusi kabon, dan punahnya mikroorganisme yang
bertugas mengurai dan menjaga keseimbangan ekosistem, penambangan yang merusak
lingkungan, penggunaan teknologi yang tidak ramah lingkungan dan cendrung
merusak alam dan yang paling kecil adalah
membuang sampah tidak pada tempatnya. Singkatnya semua aktivitas yang
berujung kepada kerusakan lingkungan dan berdampak terhadap kemudharatan di bumi adalah bentuk pengingkaran terhadap
pesan pesan moral ibadah ramadhan.
Alquran juga melukiskan
secara gamblang ketika dialog antara Tuhan dan Malaikat tentang pendelegasian
tugas sebagai khalifah untuk mengurus bumi. Dalam surah Al-Baqarah ayat 30 “ ingatlah ketika tuhanmu berfirman
kepada malaikat, sesungguhnya aku hendak menjadikan seorang khalifah (pemimpin
) di muka bumi “malaikat berkata
“mengapa engkau menjadikan kalifah di bumi orang-orang yang berbuat kerusakan ?
padanya dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih memuji engkau
dan menyucikan engkau “ tuhan berfirman sesungguhnya aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui.”
Jika dikaji secara lebih
mendalam dialog antara tuhan dan malaikat tersebut menyiratkan soal lingkungan,
soal kerusakan di bumi. Dan tuhan merencakanan menciptakan makhluk yang
mempunyai tugas menjaga dan memelihara bumi dan lingkungan dalam konteks yang
sempit. Dalam dialog itu malaikat memberikan pertimbangan bahwa sehubungan
dengan rencana penciptaaan manusia, karena watak manusia menunjukan sifat
serakah, membangkang kepada Allah sebagai sang pencipta, tidak seperti yang
dilakukan malaikat. Manusia adalah makhluk ciptaan tuhan yang memiliki sifat
serakah, tidak tunduk kepada sang pencipta, membuat keonaran saling membunuh
dan merusak lingkungan alam semesta. Malaikat juga meramalkan bahwa manusia
akan berbuat kerusakan di bumi. Dan pertimbangan malaikat itu, terpotret
melalui padangan antroposentrisme yang berpandangan bahwa manusia sebagai pusat
mengeksploitasi sumber daya alam tanpa memperhitungkan daya mampu dan potensi
untuk lestari, akibatnya kerusakan lingkungan terjadi dimana-mana.
Karena itu untuk menjawab kegalauan ummat
manusia abad ini yang mengkhawatirkan keselamatan bumi berikut isinya, termasuk
manusia dan sinyalemen alqur’an adalah mengimplementasikan secara utuh (kaffah) seluruh pesan moral ibadah
apapun termasuk ibadah puasa ramadhan sebagai salah satu cara untuk mencegah
kerusakan lingkungan.
Karena bumi sebenarnya tidak boleh dipandang sebagai
hak milik (property), bumi adalah Comon property (milik bersama) tetapi
seperti komunitas manusia, bumi dan
segala isinya adalah subyek moral. Oleh karena itu ia bukan obyek dan alat yang
bisa digunakan sesuka hati. Sebab bumi juga memiliki keterbatasan sama dengan
manusia, karena itu bumi harus dihargai bernilai pada diri sendiri. Etika ini
diperluas keluar batas komunitas agar mencakup pula tanah, air, tumbuhan hewan
atau secara kolektif terhadap seluruh alam semesta dan isinya (Rahmad Dwi
Susilo).
Akhirnya marilah kita
sadari bahwa ummat manusia hanya punya satu bumi, kenali bumi dan kelola
lingkungan secara baik dan bijaksana serta bertanggungjawab demia anak cucu
sebagai generasi penerus (Arjana, 2013). Selamat Hari Lingkungan Hidup sedunia, selamat
Hari Pengendalian degradasi lahan dan kekeringan sedunia, dan selamat menjalankan Ibadah puasa Ramadhan 1436
Hijriyah, semoga spirit dan nilai-nilai
moral ramadhan dapat memberikan inspirasi baru
dalam mengelola alam beserta isinya dengan lebih ramah dan bersahabat !*
Tidak ada komentar:
Posting Komentar