Jumat, 09 Oktober 2015

Ramadhan di Tengah Kegalauan




Oleh. Baharudin Hamzah
Mahasiswa Pasca sarjana ilmu Lingkungan Undana Kupang
Wakil Sekretaris Pimpinan Daerah Muhammadiyah Kota Kupang

Tahun ini bulan ramadhan hadir bertepatan dengan bulan  Juni dalam kalender masehi. Dalam bulan juni ini juga berbagai peristiwa yang berhubungan dengan lingkungan dalam alam semesta sebagai tempat makhluk hidup berpijak diperingati. Setidaknya ada dua peringatan penting  yang sesungguhnya tidak  saja diperingati dalam konteks seremonial belaka setiap tahun yaitu hari Lingkungan Hidup sedunia (Word Enironment Day 2015) dengan thema “  Seven Billion Dreams. One Planet Consume With Care” yang jatuh pada tanggal 5 Juni, dan hari penanggulangan degradasi lahan dan kekeringan sedunia yang diperingati setiap tanggal 17 Juni, Tahun 2015 juga ditetapkan sebagai tahun tanah internasional  (international year of soils)  hal ini berdasarkan realita bahwa sepertiga tanah di dunia telah rusak dan terdegradasi akibat deforestasi, polusi, perubahan iklim,  dan proses lain yang disebabkan oleh praktek pengelolaan tanah yang tidak berkelanjutan.  Peringatan ini lebih dimaknai sebagai refleksi, isyarat bahwa,  kondisi lingkungan sekitar kita terutama lingkungan biofisik  dalam scope yang sempit dan bumi dalam scope yang umum sedang dalam kondisi ‘sakit kronis’, terancam akibat berbagai kerusakan lingkungan.
Lalu apa korelasinya antara lingkungan hidup, degradasi lahan, kekeringan dengan puasa ramadhan ?. Ramadhan tidak sekadar dipahami sebagai menahan lapar dan dahaga  dan perbuatan apa saja yang dapat membatalkan puasa, sejak terbit fajar sampai terbenam matahari. Dalam perspektif teologis, kata ‘menahan’ dalam konteks yang umum adalah larangan, termasuk keinginan untuk melakukan segala aktivitas yang dapat merusak lingkungan. Misalnya yang praktis  saja, berhenti menebang pohon yang seharusnya memproduksi oksigen untuk kehidupan, penyaring carbon, menahan untuk tidak membakar lahan, menahan untuk tidak membabat  hutan, menahan untuk tidak membuang sampah pada tempatnya serta berbagai aktivitas lain. Ramadhan juga disebut sebagai bulan latihan.
Dengan latihan selama ramadhan untuk tidak melakukan aktivitas-aktivitas yang merusak lingkungan. Setidaknya dapat mengurangi beban bumi akibat ulah manusia yang merusak lingkungan. Jika ‘larangan’ ini  berubah menjadi kesadaran moral seluruh penduduk bumi ini maka perlahan-lahan kondisi lingkungan yang sudah pada tingkat mengkhawatirkan kerusakannya dapat pulih kembali.
Potret hari-hari ini menunjukan secara visual kepada kita bahwa, bumi sesungguhnya sedang merintih betapa lelahnya memikul beban yang dilitanikan manusia dengan berbagai ulahnya. Isyarat kerusakan alam dan lingkungan sebagai respon balik atas ulah manusia itu ditunjukan secara nyata dan jelas kepada kita di berbagai belahan dunia. manusia seolah langsung menerima pembalasan bumi sebagai akibat ulah merusak lingkungan.
 Jauh puluhan abad sebelumnya Alqur’an telah dengan tegas  telah memberikan gambaran yang nyata “Dan telah nampak kerusakan di darat dan di laut akibat ulah tangan-tangan manusia” (Qs: Ar-Raad : 2).  Sinyamelen tersebut terbukti bahwa manusia  memberi  kontribusi paling besar dalam merusak lingkungan. Laju pertumbuhan jumlah penduduk dunia yang sulit dikendalikan  menjadi salah satu pemicu kerusakan lingkungan. Jumlah penduduk yang menghuni hanya satu bumi dan tak pernah bertambah ukuran sejengkal pun, kini telah menyentuh angka tujuh miliar lebih.
Pertumbuhan penduduk secara otomatis akan  menambah kebutuhan akan sumber daya alam termasuk   pemanfaatan lahan. bumi hanya satu, tanah tak pernah bertambah sejengkal pun, namun  Konversi lahan dan kawasan hutan menjadi daerah pemukiman, eksploitasi sumber daya alam yang berlebihan untuk memenuhi kebutuhan manusia menjadi pemicu kerusakan lingkungan, efek rumah kaca, pemanasan global, hujan asam, dan yang terbaru adalah gelombang matahari di India  menjadi isu dunia yang kini mencemaskan para pemimpin dunia.
Kerusakan lingkungan ini sebagai akibat perilaku antroposentrisme yang secara sadar atau tidak berinteraksi dengan komponen lain seperti industrialisme, konsumerisme, moderenisasi, dan perkembangan pesat teknologi menjadi pemicu kerusakan lingkungan termasuk lahan. Akibatnya semua sisi lingkungan mengalami kerusakan tak peduli aspek fisik atau biologis. Konsekwensinya adalah manusia langsung menerima balasan dengan beragam bencana alam yang datang silih berganti, seperti diungkap Ralph Metzner “ paduan  suara yang semakin berkembang menunjukan bahwa akar malapetaka lingkungan terletak dalam sikap, nilai, persepsi dan pandangan dunia dasar kita pegang”.
Berbagai bencana kemanusiaan yang melanda belahan dunia misalnya bencana banjir bandang  yang kini sedang melanda jepang dan menghancurkan berbagai infrastuktur dan perumahan penduduk di daerah Kumamoto dan Nagasaki,  bencana banjir  juga pernah melanda China diwilayah sanghai dan sungai Kuning tahun 1931 dan menelan ratusan ribu jiwa manusia, hujan Lonsun di India tahun 2011  yang menewaskan 236 korban jiwa, badai topan di pilipina menewaskan 1.268 jiwa, banjir di bangladesh yang terkenal dengan 57 sungai besarnya menewaskan ribuan orang di tahun 1992, banjir di thailand akibat  kerusakan hutan akibat pembalakan liar dan mencairnya es di daerah kutub yang menewaskan 230 orang pada tahun 2011, gempa bumi di gunung kinabalu yang mewaskan 8 orang di Malaysia, gelombang matahari di india  yang  menewaskan lebih dari 2000 orang di bulan mei 2015 dipicu oleh jebolnya lapisan ozon (Tone 12 Juni 2015). 
Ramadhan menggembleng moral
Ibadah puasa (shaum) ramadhan seperti juga ibadah lain dalam islam merupakan salah satu cara mendekatkan diri kepada Allah SWt. Bukan hanya puasa saja yang dilakukan, tetapi semua ibadah yang dilakukan sesungguhnya merupakan riyadhah untuk mendidik nilai moral tertentu , nilai akhlak tertentu (Jalaludin Rahmat). Ibadah apapun menurut rasulullah Muhammad SAW tidak bermakna jika tidak melaksanakan pesan moralnya. Berpuasa menjadi tidak bernilai jika pesan moral puasa kita abaikan.
Alkisah dalam suatu riwayat di ceritakan, pada bulan ramadhan, seorang wanita sedang mencaci  maki pembantunya. Rasulullah mendengarkannya, lalu beliau menyuruh sesorang membawa makanan dan memanggil sang perempuan lalu rasulullah bersabda ‘ makanlah makanan ini’. Perempuan itu menjawab”  Saya sedang  berpuasa ya rasulullah. Rasul bersabda lagi, bagaimana mungkin kamu berpuasa sementara kamu mencaci maki pembantumu. Sesungguhnya puasa adalah sebagai penghalang bagi kamu untuk tidak berbuat  hal-hal yang terela. Betapa sedikit orang yang berpuasa dan betapa banyak orang yang kelaparan.
Ketika rasul mengatakan betapa banyak orang yang kelaparan  nabi menunjukan kepada kita bahwa orang-orang yang hanya menahan lapar dan dahaga saja, tetapi tidak mampu mewujudkan pesan moral ibadah itu, tidak sekedar orang yang lapar saja.
‘peringatan’ rasulullah tentang pentingnya mengaplikasikan pesan moral setiap ibadah termasuk puasa ramadhan dalam berbagai aspek kehidupan sehari-hari adalah pesan penting yang harus menjadi sinyal bagi mereka yang menjalankan ibadah ramadhan. Pesan moral dalam konteks yang luas adalah  tidak melakukan perbuatan-perbuatan yang menggugurkan nilai ibadah termasuk merusak lingkungan dengan berbagai cara seperti membabat hutan yang menyebabkan erosi, membakar hutan yang menyebabkan polusi kabon, dan punahnya mikroorganisme yang bertugas mengurai dan menjaga keseimbangan ekosistem, penambangan yang merusak lingkungan, penggunaan teknologi yang tidak ramah lingkungan dan cendrung merusak alam dan yang paling kecil adalah  membuang sampah tidak pada tempatnya. Singkatnya semua aktivitas yang berujung kepada kerusakan lingkungan dan berdampak terhadap kemudharatan  di bumi adalah bentuk pengingkaran terhadap pesan  pesan moral ibadah ramadhan.
Alquran juga melukiskan secara gamblang ketika dialog antara Tuhan dan Malaikat tentang pendelegasian tugas sebagai khalifah untuk mengurus bumi. Dalam surah Al-Baqarah  ayat 30 “ ingatlah ketika tuhanmu berfirman kepada malaikat, sesungguhnya aku hendak menjadikan seorang khalifah (pemimpin ) di muka  bumi “malaikat berkata “mengapa engkau menjadikan kalifah di bumi orang-orang yang berbuat kerusakan ? padanya dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih memuji engkau dan menyucikan engkau “ tuhan berfirman sesungguhnya aku mengetahui apa  yang tidak kamu ketahui.”
Jika dikaji secara lebih mendalam dialog antara tuhan dan malaikat tersebut menyiratkan soal lingkungan, soal kerusakan di bumi. Dan tuhan merencakanan menciptakan makhluk yang mempunyai tugas menjaga dan memelihara bumi dan lingkungan dalam konteks yang sempit. Dalam dialog itu malaikat memberikan pertimbangan bahwa sehubungan dengan rencana penciptaaan manusia, karena watak manusia menunjukan sifat serakah, membangkang kepada Allah sebagai sang pencipta, tidak seperti yang dilakukan malaikat. Manusia adalah makhluk ciptaan tuhan yang memiliki sifat serakah, tidak tunduk kepada sang pencipta, membuat keonaran saling membunuh dan merusak lingkungan alam semesta. Malaikat juga meramalkan bahwa manusia akan berbuat kerusakan di bumi. Dan pertimbangan malaikat itu, terpotret melalui padangan antroposentrisme yang berpandangan bahwa manusia sebagai pusat mengeksploitasi sumber daya alam tanpa memperhitungkan daya mampu dan potensi untuk lestari, akibatnya kerusakan lingkungan terjadi dimana-mana.
 Karena itu untuk menjawab kegalauan ummat manusia abad ini yang mengkhawatirkan keselamatan bumi berikut isinya, termasuk manusia dan sinyalemen alqur’an adalah mengimplementasikan secara utuh (kaffah) seluruh pesan moral ibadah apapun termasuk ibadah puasa ramadhan sebagai salah satu cara untuk mencegah kerusakan lingkungan.             
          Karena bumi sebenarnya tidak boleh dipandang sebagai hak milik (property), bumi adalah Comon property (milik bersama) tetapi seperti  komunitas manusia, bumi dan segala isinya adalah subyek moral. Oleh karena itu ia bukan obyek dan alat yang bisa digunakan sesuka hati. Sebab bumi juga memiliki keterbatasan sama dengan manusia, karena itu bumi harus dihargai bernilai pada diri sendiri. Etika ini diperluas keluar batas komunitas agar mencakup pula tanah, air, tumbuhan hewan atau secara kolektif terhadap seluruh alam semesta dan isinya (Rahmad Dwi Susilo).
Akhirnya marilah kita sadari bahwa ummat manusia hanya punya satu bumi, kenali bumi dan kelola lingkungan secara baik dan bijaksana serta bertanggungjawab demia anak cucu sebagai generasi penerus (Arjana, 2013).  Selamat Hari Lingkungan Hidup sedunia, selamat Hari Pengendalian degradasi lahan dan kekeringan sedunia, dan selamat  menjalankan Ibadah puasa Ramadhan 1436 Hijriyah, semoga spirit dan  nilai-nilai moral ramadhan dapat memberikan inspirasi baru  dalam mengelola alam beserta isinya dengan lebih ramah dan bersahabat !*   












Tidak ada komentar:

Posting Komentar